Penelitian Ilmiah
ANALISIS PERHITUNGAN
HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL
COSTING PADA INDUSTRI RUMAHAN INOEY HOMESTRY
PENULISAN
ILMIAH
Diajukan Guna Melengkapi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Jurusan Akuntansi
Jenjang Starata Satu
Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma
Nama :
Shoka Wennas Umara
NPM :
27216028
Jurusan :
Akuntansi
Pembimbing :
Heru Suharjo, SE., MM.
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2020
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Shoka Wennas Umara
N.P.M : 27216028
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Judul P I : ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COASTING
PADA INDUSTRY RUMAHAN INOEY HOMESTRY
Dengan ini menyatakan bahwa hasil
Penulisan Ilmiah (PI) yang telah saya buat,ini merupakan hasil karya sendiri
dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari Penulisan Ilmiah ini
merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan
aturan tata tertib di Universitas Gunadarma.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam
keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis,
(
Shoka Wennas
Umara
)
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul
PI : Analisis
Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Full Costing Pada Industri Rumahan Inoey Homestry
Nama : Shoka Wennas Umara
NPM : 27216028
Fakultas / Jurusan : Ekonomi
/ Akuntansi
Jenjang
Studi : (S1) Strata Satu
Tanggal
Sidang : 15
April 2020
Tanggal
Lulus :
Menyetujui
Pembimbing Koordinator
PI
Fakultas Ekonomi
Heru Suharjo,
SE., MM Dr. Titi
Nugraheni, SE., MM
Ketua
Jurusan Akuntansi
Dr.
Imam Subaweh, S.E., MM., Ak., CA.
ABSTRAKSI
Shoka Wennas Umara 27216028
ANALISIS PERHITUNGAN
HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL
COSTING PADA INDUSTRI RUMAHAN INOEY HOMESTRY
PI. Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2020
Kata Kunci : Biaya, Harga Pokok Produksi, Metode Full Costing, dan Metode Variable Costing
(x + 48 + lampiran)
Penelitian
ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi
menurut perusahaan, untuk mengetahui harga pokok produksi apabila menggunakan
metode full costing, dan metode variable costing dan untuk mengetahui
perbandingan dari ketiga metode tersebut. Lokasi penelitian yaitu pada industri
rumahan Inoey Homesty yang terletak di Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan.
Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi, sedangkan
jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan kuantitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil perhitungan harga pokok prduksi yang dilakukan antara
metode perusahaan dengan metode full costing dan metode variable costing.
Perhitungan menggunakan metode perusahaan menghasilkan nilai harga pokok
produksi sebesar Rp.
247, sedangkan menurut metode full costing harga
produksinya sebesar Rp. 264, dan menurut metode variable costing harga
produksinya sebesar Rp. 258,2. Perbedaan tersebut dikarenakan perhitungan yang
dilakukan perusahaan belum mengakui seluruh biaya yang berkaitan dengan proses
produksi. Penilitian ini menyimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi
yang dilakukan perusahaan belum tepat, karena tidak memasukkan biaya-biaya
secara tepat ke dalam perhitungan harga pokok produksinya.
Daftar Pustaka (2009 – 2014)
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan dengan judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Full Costing Pada Industri Rumahan Inoey Homestry”
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
setara Sarjana Muda Jurusan Akuntansi Jenjang Strata Satu Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Penulisan
ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas membantu penulis. Pada
kesempatan ini dengan penuh hormat, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof.
Dr. E. S. Margianti, SE., MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.
2. Ir.
Toto Sugiharto M.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma.
3. Dr.
Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
4. Dr.
Titi Nugraheni, SE., MM., selaku Koordinator Penulisan Ilmiah Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
5. Bapak Heru Suharjo, SE., MM.,
selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Ilmiah ini dengan baik.
6. Kepada
keluarga tersayang terutama kedua
orang tua saya, Maman Sarif,
SMn., MM., Sri
Wahyuni, Amd., serta adik saya Marrielda
Amatiska Syarief yang telah memberikan do’a, semangat,
bantuan, dan inspirasi kepada penulis.
7. Bapak
dan Ibu dosen dosen yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan dalam
penulisan ini.
8. Teman seperjuangan saya
dan teman – teman kelas 3EB11 yang
telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat
saya M. Rahmadan, Zaki Ilham, Imam Darmanto, Delvin
Aurelio, Yoel Sanjaya, Novi Karisma, Nida Shafa Adilah Zahra Hermawan, Tiara
Noor, dan Cici Indriyani yang telah memberikan
dukungan dalam penulisan ini.
10. Seseorang yang spesial Wilda Dini Riastuti yang
yang telah memberikan banyak dukungan
dalam penulisan ini.
11. Devi Indrasari selaku kakak tingkat yang telah banyak
memberikan masukkan dalam penulisan ini.
12. Seluruh
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya atas kerjasama dan
bantuannya, sehingga penulisan ilmiah ini dapat diselesaikan.
Dalam
penulisan ilmiah ini tentu saja masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Walaupun demikian penulis telah berusaha dengan maksimal dalam
menyelesaikan penulisan ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengaharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki kekurangan yang ada.
Akhir kata, semoga penulisan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis serta pihak yang membutuhkan guna pengembangan selanjutnya.
Depok, 23 Januari 2020
Penulis
Shoka Wennas Umara
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
Judul............................................................................................................ i
Lembar
Pernyataan .................................................................................................... ii
Lembar
Pengesahan....................................................................................................
iii
Abstrak........................................................................................................................
iv
Kata
Pengantar............................................................................................................
v
Daftar
Isi....................................................................................................................
vii
Daftar
Tabel .............................................................................................................. x
BAB
I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1
Latar Belakang............................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah....................................................................... 3
1.3
Batasan Masalah ........................................................................ 3
1.4
Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.5
Manfaat Penelitian...................................................................... 4
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
2.1 Landasan Teori............................................................................ 5
2.1.1 Analisis Harga Pokok Produksi
..................................... 5
A. Pengertian
Analisis…………………………………5
B. Pengertian Biaya…………………………………...5
C. Penggolongan Biaya……………………………….6
D. Pengklasifikasian Biaya……………………………8
E. Unsur-Unsur Biaya Produksi………………………9
F.
Metode
Pengumpulan Biaya Produksi……………12
2.1.2 Metode Penentuan Biaya Produksi……………………13
A. Pengertian Metode Full
Costing………………….13
B. Pengertian Metode Variable
Costing……………..15
C. Perbedaan Metode Full
Costing dan Metode Variabel Costing………………………………….17
2.1.3 Penetapan Harga Pokok Produksi
…………………….19
A. Full
Costing………………………………………19
B. Variable
Costing………………………………….20
2.2
Penelitian Terdahulu…………………………………………...20
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 24
3.1
Objek Penelitian ...................................................................... 24
3.2
Jenis dan Sumber Data ............................................................ 25
3.3
Teknik Pengumpulan Data
...................................................... 26
3.4
Teknik Analisis ........................................................................ 27
BAB
IV PEMBAHASAN................................................................................
30
4.1
Hasil
Pengumpulan Data ......................................................... 30
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.
........................... 30
A. Struktur Usaha…………………………………… 30
B. Proses Produksi………………………………….. 31
C. Tenaga Kerja…………………………………….. 32
4.1.2 Data Hasil Penelitian.
.................................................. 33
4.2
Pembahasan
............................................................................. 36
4.2.1 Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi............... 36
A.
Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Metode Perusahaan………………………………………...36
B.
Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full
Costing……………………………………………38
C.
Harga Pokok Produksi Menurut Metode Variable
Costing……………………………………………42
4.2.2 Hasil Analisis Perhitungan Harga Pokok
Produksi..... 44
BAB
V PENUTUP..........................................................................................
47
5.1
Kesimpulan...............................................................................
47
5.2
Saran…..................................................................................... 48
Halaman
Tabel 3.1 Perbedaan
Full Costing dan Variable Costing ................................... 28
Tabel 4.1 Data
Pokok Produksi Inoey Homestry. .............................................. 32
Tabel 4.2 Biaya
Bahan Baku .............................................................................. 33
Tabel 4.3 Biaya
Tenaga Kerja ............................................................................ 34
Tabel 4.4 Biaya
Bahan Penolong. ....................................................................... 34
Tabel 4.5 Perhitungan
Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan. ................ 36
Tabel 4.6 Biaya
Overhead Pabrik. ...................................................................... 38
Tabel 4.7 Perhitungan
Biaya Depresiasi Mesin dan Peralatan........................... 39
Tabel 4.8 Perhitungan
Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full
Costing. .. 40
Tabel 4.9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan
Metode
Variable Costing.................................................................................. 42
Tabel 4.10 Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Metode
Perusahan
dengan Metode Full Costing dan Variable
Costing. ......................... 43
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan
dunia usaha sekarang ini jauh berkembang dengan pesat, baik skala besar maupun
kecil dan juga perkembangan di sektor industri yang memiliki peran penting
dalam perekonomian. Banyaknya usaha industri yang terus menerus bermunculan,
akan menimbulkan suatu persaingan diantara industri sejenis maupun yang tidak
sejenis untuk dapat menguasai pasar akan hasil produk perusahaan tersebut.
Usaha
Mikro Kecil dan Menengah disingkat dengan UMKM merupakan salah satu industri
yang turut bersaing dalam memajukan perekonomian di Indonesia. Dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia UMKM selalu digambarkan sebagai sector yang
memiliki peranan penting karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup dalam
kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Oleh karena itu
pemerintah harus lebih memperhatikan perkembangan UMKM di Indonesia karena
dengan adanya UMKM akan membantu pemerintah dalam mengurangi masalah ekonomi di
Indonesia.
Keuntungan
merupakan hal utama yang ingin diperoleh oleh perusahaan demikian halnya dengan
UMKM. Keuntungan yang maksimal merupakan tujuan dari UMKM atau kegiatan usaha
yang dilakukannya. Semakin berkembangnya perusahaan yang diiringi dengan
semakin kompleknya persaingan di pasar maka perusahaan dituntut untuk lebih
efisien dan efektif dalam melakukan kegiatan produksi agar produk yang
dihasilkan memiliki kualitas yang bagus sehingga memiliki daya jual yang bagus
di pasar, namun selain memiliki kualitas yang baik perusahaan juga dituntut
menjual produknya dengan harga yang wajar agar mampu bersaing di pasar.
Harga
pokok produksi ada bermacam-macam yaitu harga pokok produksi standar, harga
pokok produksi dibebankan, dan harga pokok produksi
sesungguhnya. Dalam
perhitungan ini terjadi selisih antara harga pokok produksi standar dan harga
pokok produksi sesungguhnya, karena harga pokok produksi standar berdasarkan
kapasitas sedangkan harga pokok produksi sesungguhnya sesuai dengan harga pokok
produksi saat itu sehingga selisih tersebut dihitung menggunakan metode analisa
yaitu metode analisa standar. Dalam analisa selisih terdapat keuntungan dan kerugian sehingga untuk
menentukan harga pokok produksi. Karena terdapat analisa selisihnya sehingga penulis
akan menganalisa berapa jumlah kapasitasnya dan berapa jumlah sesungguhnya yang
dikeluarkan untuk menentukan perhitungan harga pokok produksi menggunakan
metode full costing. Agar penulis
mengetahui berapa besaran selisih tersebut.
Penentuan
harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat manfaat
informasi harga pokok produksi adalah menentukan harga jual produk produk serta
penentuan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan
disajikan dalam neraca. Oleh karena itu perhitungan harga pokok produksi harus
dilakukan dengan cermat dan teliti agar tidak terjadi kesalahan. Harga pokok
dibedakan menjadi dua jenis yakni harga pokok penjualan dan harga pokok
produksi. Dalam penentuan harga pokok produksi terdapat dua metode penentuan
yaitu metode variable costing dan
metode full costing. Kegiatan
produksi memerlukan pengorbanan sumber
ekonomi berupa berbagai jenis biaya untuk menghasilkan produk yang akan
dipasarkan. Harga pokok produksi sendiri merupakan total beban produksi yang
digunakan untuk membuat produk hingga barang tersebut siap dijual. Elemen-elemen
yang membentuk Harga Pokok Produksi (HPP) dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan besar yakni Biaya Bahan Baku (BBB), Biaya Tenaga Kerja Langsung
(BTKL), dan Biaya Overhead Pabrik
(BOP). Sedangkan motode variable costing sama perhitungannya dengan full
costing namun tanpa diikuti biaya overhead pabrik tetap. Dalam metode full
costing, biaya overhead pabrik baik yang bersifat variable maupun tetap,
dibebankan atau dimasukkan kedalam perhitungan harga pokok produksi berdasarkan
tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau dasar biaya overhead
pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan terus
melekat pada harga pokok persediaan produk
dalam proses dan persediaan produk jadi.
Maka dari
itu penulis tertarik melakukan penelitian apakah metode full costing memberikan dampak yang baik bagi Inoey Homestry dan
memberi judul penelitian ini adalah “ANALISIS
PERHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING
PADA INDUSTRI RUMAHAN INOEY HOMESTRY”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusahan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimana
perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan pada Inoey Homestry
2.
Bagaimana perhitungan harga pokok produksi
dengan menggunakan metode full costing
pada Inoey Homestry ?
3. Bagaimana
perbandingan perhitungan harga pokok produksi pada Inoey Homestry dengan perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode
full costing?
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempersempit cakupan penelitian. Penelitian ini
dilakukan pada bulan November 2018. Objek yang digunakan adalah industri
rumahan Inoey Homestry yang berlokasi di Bambu Apus, Pamulang, Tangerang
Selatan. Dari tiga produk yang di produksi oleh Inoey Homestry peneliti hanya
melakukan perhitungan harga pokok produksi pada produk cilok dengan menggunakan
metode full costing.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini
dilakukan adalah:
1.
Untuk mengetahui perhitungan harga pokok
produksi yang diterapkan pada Inoey Homestry.
2.
Untuk mengetahui perhitungan harga pokok
produksi dengan menggunakan metode full
costing pada Inoey Homestry.
3.
Untuk mengetahui perbandingan dari perhitungan harga pokok produksi
pada Inoey Homestry dengan harga pokok produksi menggunakan metode full
costing.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.
Bagi Penulis
Hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam melakukan penghitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode full
costing sehingga dapat menambah ilmu dan pengetahuan yang penulis dapat
sebelumnya.
2.
Bagi Perusahaan
Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam
menentukan harga jual yang dihitung menggunakan metode full costing, sehingga membuat perusahaan lebih untung di masa yang
akan datang.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian dengan topik yang sama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan
teori adalah suatu bentuk pikiran penulisan untuk menerangkan tentang
pengertian, tentang
kutipan yang diambil dari variabel-variabel topik atau judul.
2.1.1 Analisis Harga Pokok Produksi
A. Pengertian Analisis
Analisis
adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi
bagian-bagian (decomposition)
sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan
karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih
dimengerti duduk perkaranya.
(Satori dan Komariyah, 2014:200)
Berdasarkan
pemahaman diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan
menghitung dengan komponen-komponen biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik yang ada hubungannya dengan selisih biaya
sesungguhnya dan biaya dibebankan.
B. Pengertian Biaya
Biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah
ditinjau atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
(Mulyadi, 2014:8)
Biaya
atau cost adalah kas atau ekuivalen
kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan
memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang.
(Krismiaji dan Aryani, 2011:17)
Biaya
adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh
barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa
mendatang.
(Prawironegoro dan Purwanti, 2009:19)
Beban
atau expense adalah penurunan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
(Standar Akuntansi Keuangan, 2004:8)
Dari
definisi tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa biaya dan beban dalam praktiknya mempunyai
pengertian yang sama yaitu suatu pengorbanan sumber ekonomi yang menjadi
pengurang suatu aktiva yang terjadi untuk memperoleh pendapatan.
C. Penggolongan Biaya
Dalam
akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umunya
penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: “different costs for different purposes”. Biaya
dapat digolongkan berdasarkan :
a. Objek Pengeluaran
Dalam
cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan
biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua
pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.
b. Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Dalam
perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, dan fungsi admistrasi & umum.
·
Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.
Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan peralatan.
·
Biaya Pemasaran merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya
iklan.
·
Biaya Admistrasi dan Umum merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini
adalah biaya photocopy.
c. Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Sesuatu
yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu
yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:
·
Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya yang terjadi,
yang penyebab satu-satunya adalah karena sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu
yang dibiayai tidak ada, maka biaya langsung tidak ada.
·
Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) adalah biaya yang terjadinya
tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya tidak langsung atau
biaya overhead pabrik.
d. Perilaku Biaya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Aktivitas
Dalam
hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi:
·
Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah
totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
·
Biaya Semivariabel adalah biaya yang berubah
tidak sebanding dengan perbuhan volume kegiatan. Biaya semivariabe mengandung
unsur biaya tetap dan unsur biaya variable.
·
Biaya Semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
·
Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya
totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya adalah gaji direktur
produksi.
e. Jangka Waktu Manfaatnya
Atas
dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
·
Pengeluaran Modal (Capital Expenditures) adalah biaya yang mempunyai
manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah
satu tahun kalender).
·
Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures) adalah biaya yang hanya
mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
(Mulyadi, 2014:13)
Klasifikasi
biaya sangat penting untuk membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya.
Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya
dengan berikut ini:
a.
Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau barang jasa).
b.
Volume produksi.
c.
Departemen, proses, pusat biaya (cost
center), atau subdivisi lain dari manufaktur.
d.
Periode akuntansi.
e.
Suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi.
(Carter, 2009:15)
Pengklasifikasian
biaya pada umumnya perusahaan mengklasifikasikan biaya sebagai dasar penetapan
harga pokok produksi menjadi dua yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. (Warindrani:2006:17)
Pengklasifikasian
biaya dapat dibuat dengan basis, yaitu:
a.
Fungsi bisnis, terdiri dari riset dan pembangunan, perancangan produk,
jasa, dan proses, produksi, pemasaran, distribusi, pelayanan konsumen, strategi
dan administrasi.
b.
Pembagian ke objek biaya, terdiri dari biya langsung dan tidak langsung.
c.
Pola perilaku dihubungkan dengan perubahan pemicu biaya, terdiri dari
biaya variable dan biaya tetap.
d.
Agregat atau rata, terdiri dari biaya total dan biaya unit.
e.
Aktiva atau beban, terdiri dari:
·
Capitalized Cost : biaya yang mula-mula
dicatat sebagai aktiva dan selanjutnya menjadi beban.
·
Inventoriable Cost : biaya yang dikaitkan
dengan pembelian barang untuk dijual kembali atau biaya yang dikaitkan dengan
perolehan atau konversi material dan masukan pabrikasi lain menjadi barang
untuk dijual.
·
Periode Cost : biaya yang dilaporkan
sebagai beban dari periode yang dilaporkan.
(Honggren, dkk, 2006:10)
E. Unsur-Unsur Biaya Produksi
Biaya
produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membuat sejumlah barang dalam satu
periode. (Hanggana, 2006:3)
Unsur-unsur
biaya produksi yaitu:
a. Biaya Bahan Baku Langsung, adalah bahan yang akan diolah menjadi produk selesai
dan pemakaiannya dapat diidentifikasi atau diikutijejaknya atau merupakan
bagian integral pada produk tertentu. Biaya bahan baku ini meliputi harga pokok
dari semua bahan yang secara praktis dapat diidentifikasi sebagai bagian dari
produk selesai. Contoh bahan baku langsung adalah bahan baku kapas untuk
industri benang karena biaya bahan baku biasanya mudah ditelusuri pada produk.
Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan baku langsung
adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi
barang jadi. Jadi biaya bahan baku langsung adalah biaya dari komponen-komponen
fisik produk. Biaya bahan baku dapat dibebankan secara langsung kepada produk
karena observasi fisik dapat dilakukan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi
oleh setiap produk.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah semua balas jasa (teken prestasi) yang
diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan. Biaya tenaga kerja langsung
adalah biaya tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses
produksi.Misalnya gaji karyawan pabrik, biaya kesejahteraan karyawan pabrik,
upah lembur karyawan pabrik, upah mandor pabrik, dan gaji manajer pabrik.
c. Biaya Overhead Pabrik adalah biaya produksi
selain bahan baku dan tenaga kerja langsung, yang elemennya dapat digolongkan
ke dalam: biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan
dan amortisasi aktiva tetap pabrik, reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap,
biaya listrik dan air pabrik, biaya asuransi pabrik, biaya overhead lainlain.
d. Biaya Pemasaran yaitu biaya dalam rangka penjualan produk selesai sampai dengan
pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini meliputi: fungsi penjualan, fungsi
penggudangan produk selesai, fungsi pengepakan dan pengiriman, fungsi
adpertensi, fungsi pembuatan faktur atau administrasi penjualan.
e. Biaya Administrasi dan Umum yaitu semua biaya yang berhubungan
dengan fungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka penentuan
kebijaksanaan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara
keseluruhan.
f. Biaya Keuangan adalah semua biaya yang terjadi dalam melaksakan fungsi keuangan.
(Supriono, 2011:10)
Ada
3 kelompok biaya produksi:
a. Biaya Bahan Baku (Direct Material)
Biaya
bahan baku adalah bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi,
dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut. Contoh bahan
baku yang digunakan pada industri rumahan “Inoey Homestry” adalah terigu dan sagu.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct
Labor)
Biaya
tenaga kerja langsung adalah biaya yang dapat ditelusur dengan mudah ke produk
jadi. Tenaga kerja langsung biasanya disebut juga dengan tenaga kerja manual
(touch labor) karena tenaga kerja lagsung melakukan kerja tangan atas produk
pada saat produksi. Contoh tenaga kerja langsung pada industri rumahan “Inoey
Homestry” adalah buruh dengan upah
harian.
c. Biaya Overhead Pabrik (Manufacturing Overhead)
Biaya
overhead pabrik mencakup seluruh
biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja
langsung. Contoh biaya overhead pabrik pada industri rumahan “Inoey Homestry”
adalah:
·
Bahan penolong berupa air yang diperoleh tanpa pengeluaran kas
·
Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu biaya gaji kepala produksi
·
Biaya listrik dan penerangan pabrik
·
Biaya bahan bakar dan gas 3kg
·
Biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan peralatan, dan biaya
penyusutan mesin.
F. Metode Pengumpulan
Biaya Produksi
Dalam pembuatan produk terdapat dua
kelompok biaya: biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi merupakan
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk,
sedangkan biaya nonproduksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan
umum. Biaya produksi membentuk kos produksi, yang digunakan untuk menghitung
kos produk jadi dan kos produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam
proses. Biaya nonproduksi ditambahkan pada kos produksi untuk menghitung total
kos produk.
Pengumpulan kos produksi sangat
ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi produk
dapat dibagi menjadi dua macam: produksi atas dasar pesanan dan produksi massa.
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan
produknya atas dasae pesanan yang diterima dari pihak luar. Contoh perusahaan
yang berproduksi berdasarkan pesanan antara lain adalah perusahaan percetakan,
perusahaan mabel, perusahaan dok kapal. Perusahaan yang berproduksi berdasar
produksi massa melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di
Gudang. Umumnya produknya berupa produk standar. Contoh perusahaan yang
berproduksi massa antara lain adalah perusahaan semen, pupuk, makanan ternak,
bumbu masak, dan tekstil.
Berdasarkan pemahaman diatas
penulis dapat menyimpulkan bahwa analisis adalah kegiatan menghitung dengan
komponen-komponen biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead
pabrik yang ada hubungannya dengan selisih biaya sesungguhnya dan biaya
dibebankan.
2.1.2 Metode Penentuan Biaya Produksi
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan
harga pokok produksi dengan tujuan untuk melakukan penilaian persediaan dan
penentuan harga pokok penjualan. Dua pendekatan itu yaitu absorption costing
atau disebut juga full costing dan variable costing atau juga sering
disebut direct costing atau marginal costing. Dua pendekatan
tersebut adalah sebagai berikut:
A. Pengertian Metode
Full Costing
Metode full
costing adalah metode harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya
produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk (Mulyadi, 2012 : 122).
Dalam metode full
costing, Biaya Overhead Pabrik (BOP) baik yang berperilaku tetap maupun
variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau dasar BOP sesungguhnya. Oleh
karena itu, BOP tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam
porses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap
sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk tersebut telah
terjual. Karena BOP dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan
dimuka pada kapasitas normal, maka dalam 1 (satu) periode BOP yang sesungguhnya
berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead lebih
atau pembebanan BOP kurang. Jika semua produk yang diolah dalam periode
tersebut belum laku dijual maka pembebanan BOP lebih atau kurang tersebut
digunakan untuk mengurangi atau menambah harga produk yang masih dalam
persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun
produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan
overhead lebih atau kurang, maka BOP tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap
perhitungan laba rugi sebelum produknya laku dijual.
Manfaat informasi metode full costing sebagai berikut :
a.
Pelaporan
keuangan
b.
Analisis
kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis)
c.
Penentuan harga
jual dalam cost-type contract
d.
Penentuan harga
jual normal
e.
Penentuan harga
jual yang diatur dengan peraturan pemerintah.
f.
Penyusunan
program
Adapun karakteristik dari metode full costing terdiri
dari :
a.
Perhitungan
biaya produksi dengan memasukkan biaya tetap dan biaya variabel.
b.
Menganut konsep
biaya produk untuk perhitungan biaya produksi variabel, dan menganut konsep
biaya periodik untuk perhitungan biaya produksi non variabel.
c.
Laporan biaya
untuk memenuhi pihak eksternal.
d.
Laporan Rugi
Laba disajikan dengan format tradisional.
e.
Analisa biaya
dilakukan oleh pihak internal untuk perhitungan biaya persediaan, penentuan
laba dan pelaporan keuangan untuk pihak eksternal.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan
metode full costing sebagai berikut :
a.
Menggolongkan
penghasilan penjualan ke dalam setiap pusat laba yang akan dianalisis.
b.
Menggolongkan
harga pokok penjualan kedalam setiap pusat laba.
c.
Menghitung laba
kotor atas penjualan setiap pusat laba.
d.
Mengalokasikan biaya
pemasaran setiap fungsi pada setiap pusat laba.
e.
Menghitung laba
bersih sebelum diperhitungkan biaya administrasi dan umum untuk setiap pusat
laba.
f.
Memperhitungkan
biaya administrasi dan umum.
g.
Menghitung laba
bersih setiap pusat laba.
(Mulyadi, 2012:38)
Berdasarkan pemahaman diatas penulis juga menyimpulkan
bahwa full costing adalah biaya-biaya yang dikeluarkan secara keseluruhan
antara biaya pembuat produk dan biaya tetap seperti BOP sehingga dibuat
perhitungan laporan keuangan.
B. Pengertian
Metode Variabel Costing
Metode variable
costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan
biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. (Mulyadi, 2010:122).
Metode variable costing merupakan m etode penentuan harga pokok produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel kedalam harga
pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel
(Bastian, 2010:20).
Manfaat metode variable
costing sebagai berikut :
a.
Perencanaan Laba
Bagi manajemen dapat bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek. Dengan dipisahkannya
semua elemen biaya produksi ke dalam biaya variabel dan biaya tetap serta
perhitungan batas kontribusi, manajemen akan dapat menyusun laba melalui
persamaan break-even atau hubungan biaya-volume-laba.
b.
Penentuan Harga Jual Produk
Bagi manajemen bermanfaat dalam rangka penentuan harga
jual produk dalam jangka pendek, dengan menggunakan hubungan biaya-volume-laba.
Dan untuk menentukan harga jual minimal atas pesanan-pesanan khusus (special
orders) yang mungkin akan diterima perusahaan dalam jangka pendek, agar
perusahaan tidak memperoleh rugi dari pesanan khusus tersebut.
c.
Pengambilan Kesimpulan
Bermanfaat bagi manajemen dalam menyajikan data
relevan untuk pengambilan keputusan dalam jangka pendek. Biaya tetap dalam
jangka pendek jumlah totalnya tetap konstan, sedangkan biaya variabel merupakan
biaya relevan, kecuali beberapa jenis elemen biaya tetap yang dapat dihindarkan
juga merupakan elemen biaya relevan. Adapun Karakteristik metode variable costing terdiri dari :
·
Perhitungan
biaya produksi yang hanya memasukkan biaya variabel saja.
·
Menganut konsep
biaya produk untuk perhitungan biaya produksi variabel, dan menganut konsep
biaya periodik untuk perhitungan biaya produksi non variabel.
·
Laporan biaya
untuk memenuhi pihak Internal.
·
Laporan Laba
Rugi disajikan dengan format kontribusi.
·
Analisa biaya
dilakukan oleh pihak Internal untuk perencanaan laba, penetapan harga pokok,
pengendalian biaya dan pengambilan keputusan Internal.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan metode
variable costing sebagai berikut :
·
Menggolongkan
penghasilan penjualan ke dalam setiap pusat laba yang akan dianalisis.
·
Menggolongkan
harga pokok penjualan variabel untuk setiap pusat laba.
·
Menghitung batas
kontribusi kotor untuk setiap pusat laba.
·
Mengalokasikan
biaya pemasaran variabel dari setiap fungsi kedalam setiap pusat laba.
·
Menghitung batas
kontribusi (bersih) untuk setiap pusat laba.
·
Memperhitungkan
biaya tetap langsung yang dapat diidentifikasikan kepada setiap pusat biaya.
·
Menghitung laba
bersih setiap pusat biaya sebelum dipertemukan dengan biaya tetap tidak
langsung dan biaya administrasi dan umum.
·
Memperhitungkan
biaya tetap tidak langsung dan biaya administrasi dan umum.
·
Menghitung laba
bersih.
(Mulyadi, 2012:35).
Berdasarkan pemahaman diatas penulis juga menyimpulkan
bahwa variabel costing adalah penentuan harga pokok produksi yang membebankan
unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik yang berbentuk laporan jangka pendek.
C. Perbedaan
Metode Full Costing dan Metode Variabel Costing
Metode full costing maupun variable costing merupakan
metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada diantara kedua
metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang
berperilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada : 1)
perhitungan harga pokok produksi dan 2) penyajian laporan laba rugi.
a.
Perbedaan ditinjau dari sudut penentuan harga pokok
produksi
·
Dalam metode
full costing, biaya overhead pabrik, baik berperilaku tetap maupun variabel,
dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tariff yang ditentukan
dimuka pada kapasitas normal atau dasar biaya overead pabrik sesungguhnya. Oleh
karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok
persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku
dijual dan baru dianggap sebagai biaya apabila produk jadi tersebut telah
terjual.
·
Dalam metode
variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period cost
atau bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik
tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Denga demikian biaya
overhead pabrik tetap didalam metode variabel costing tidak melekat pada
persediaan pproduk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai
biaya dalam periode terjadinya.
·
Metode full
costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai
produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi, baik
yang berperilaku tetap maupun variabel, masih dianggap sebagai aktiva sebelum
persediaan tersebut dijual.
·
Metode variabel
costing tidak menetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tersebut.
Menurut metode variabel costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya
bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya
biaya yang sama dalam periode yang akan datang.
b.
Perbedaan ditinjau dari sudut penyajian laporan laba
rugi
·
Dalam laporan
laba rugi metode full costing menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya
dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi,
pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum.
·
Dalam laporan
laba rugi variabel costing biaya tetap disajikan dalam satu kelompok tersendiri
yang harus ditutup dari laba kontribusi yang
diperoleh dari perusahaan, sebelim timbul laba bersih. Dengan menyajikan
semua biaya tetap dalam satu kelompok tersendiri dalam laporan laba rugi ini,
manajem en dapat memusatkan perhatian pada perilaku biaya tetap ini dan dapat
melakukan pengawasan terhadap biaya tersebut, baik dalam perencanaan jangka
pendek maupun jangka panjang.
(Mulyadi, 2012:126).
Berdasarkan pemahaman diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa dalam menentukan suatu biaya produksi dapat menggunakan dua
metode yaitu metode full costing, metode yang menggabungkan antara biaya tetap
dengan biaya variable dan metode variable costing yang hanya memasukkan biaya
variable.
2.1.3 Penetapan
Harga Pokok Produksi
Metode penentuan kos produksi
adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos produksi. Dalam
memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos produksi, terdapat dua pendekatan
:
A.
Full Costing
Full
costing merupakan metode kos produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang perilaku
variabel maupun tetap. Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya
produksi berikut ini:
Biaya Bahan Baku XXX
Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX
Biaya Overhead Pabrik Variabel XXX
Biaya Overhead Pabrik Tetap +
Biaya Produksi XXX
B.
Variabel Costing
Variabel
Costing merupakan metode penentuan kos produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam
kos produksi, yang terdiri biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik variabel.
Dengan demikian kos produksi menurut metode variabel
costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:
Biaya Bahan Baku XXX
Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX
Biaya Overhead Pabrik Variabel XXX+
Biaya Produksi Variabel XXX
Dari uraian
diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam metode full costing suatu
perusahaan/umkm memasukkan seluruh biaya yang dikeluarkan baik yang bersifat
variable maupun tetap dalam membuat suatu produk sedangkan dalam metode
variable costing hanya memasukkan biaya yang bersifat variable karena perusahan
hanya menentukan laba jangka pendek.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah hasil penelitian terdahulu yang
dirangkum dibawah ini :
No
|
Nama
Peneliti
|
Judul
|
Hasil
Penelitian
|
1
|
Elisa Rohma Hindar Tika
|
Penentuan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode
Full Costing Pada UKM Anugrah Alam Surabaya
|
Didalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode job order costing
yang terdapat didalam UKM Anugrah Alam Surabaya dengan mendapatkan informasi
dari Ibu Suryati. Dengan bedasarkan uraian pada bab sebelumnya yang telah
dijelaskan perhitungan harga pokok produksi dilakukan di UKM Anugrah Alam
Surabaya dengan judul PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE FULL COSTING PADA UKM ANUGRAH ALAM SURABAYA. Hal ini dapat disimpulkan
perhitungan menurut perusahaan sudah menunjukkan keuntungan yang baik, namun
menurut perusahaan masih mengalami masalah pembebanan biaya overhead pabrik
yang belum memasukan beban komponen dari biaya overhead pabrik. Hal ini
berdampak penentuan harga jual yang terlalu tinggi. Harga jual terlalu tinggi
akan mengakibatkan produk yang dijual akan mahal, dan berakibat pelanggan
akan mencari perusahaan lain. Perbandingan perhitungan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan perhitungan berdasarkan metode full costing. Bahwa terdapat
perbedaan didalam penentuan harga pokok produksi.
|
2
|
Yohana Saputri
|
Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Full Costing
Method Pada UMKM Kerupuk Cap Laksa
|
Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan karena semakin meningkatnya persaingan antar
perusahaan dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas dengan harga
yang cukup bersaing. Penelitian ini dilakukan pada UMKM Kerupuk Cap Laksa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan antara
perhitungan harga pokok produksi yang ditetapkan oleh pihak perusahaan dengan
perhitungan menggunakan metode full costing dan menganalisis hasil
perhitungan dengan menggunakan metode full costing yang telah dilakukan.
Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara,
observasi, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil perhitungan harga pokok
produksi dengan perhitungan metode full costing lebih besar dari perhitungan
metode harga pokok produksi perusahaan sebesar Rp 1.507,43 per bungkus.
Perbedaan ini terjadi karena perusahaan tidak menghitung semua biaya overhead
pabrik secara terperinci oleh karena itu disarankan sebaiknya UMKM menghitung
semua komponen biaya overhead pabrik secara terperinci dan menggunakan
perhitungan metode full costing.
|
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek
Penelitian
Inuy Homestry
adalah suatu usaha mikro kecil dan menengah (home
industry) yang bergerak dibidang makanan yang kegiatannya yaitu memproduksi
makanan-makanan daerah, khususnya daerah Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Ada
tiga jenis makanan yang diproduksi oleh Inoey Homestry yaitu Pempek, Te’wan,
dan Cilok. Inuy Homestry berlokasi di Jl. Gurame III B, No. 36, Bambu Apus,
Pamulang, Tangerang Selatan, 15415, Indonesia.
Berdirinya Inoey
Homestry ini berawal dari pengalaman dan kemampuan memasak dari Ibu Sri
Wahyuni. Karena pernah tinggal lama di kota Cianjur kemudian pindah ke kota
Baturaja dan Palembang. Akhirnya setelah pindah kembali ke kota asal yaitu kota
Tangerang Selatan beliau beserta suami sepakat untuk membuat industri rumahan
yang bergerak di bidang makanan, khususnya makanan daerah. Pemilik dari
industri rumahan ini adalah pasangan suami istri yaitu Bapak Maman Sarif SMn,
M.M dan Ibu Sri Wahyuni.
Inoey Homestry
sudah berjalan kurang lebih tiga tahun terhitung sejak tahun 2016 sampai dengan
saat ini. Dari ketiga makanan daerah yang diproduksi, Cilok menjadi makanan
yang paling banyak diproduksi oleh Inoey Homestry.
3.2 Jenis
dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Untuk menunjang kelengkapan
pembahasan, maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
A.
Data
Kuantitatif
Data kuantitatif ialah data dalam
bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang diperoleh dari laporan
perkembangan UKM yang akan diteliti yang berkaitan dengan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini.
Jenis data ini adalah
informasi kuantitatif terkait pengolahan produk industri rumahan Inoey Homestry, mulai dari
informasi harga bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
B.
Data
Kualitatif
Data kualitatif ialah data dari
penjelasan kata verbal tidak dapat dianalisis dalam bentuk bilangan atau angka.
Dalam penelitian, data kualitatif berupa gambaran mengenai objek penelitian.
Jenis data ini adalah
informasi non kuantitatif yang dibutuhkan peneliti dalam penelitiannya, seperti
informasi harga produksi industri rumahan
Inoey Homestry , dan informasi lainnya.
3.2.2
Sumber Data
Untuk menunjang kelengkapan pembahasan,
maka sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
A.
Data
Primer
Data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data dan diperoleh melalui
keterangan-keterangan, penjelasan-penjelasan dari wawancara langsung dengan
pihak pemilik mengenai data yang dibutuhkan berkaitan dengan pokok permasalahan
dalam penyusunan laporan keuangan khususnya penentuan harga pokok produksi.
B.
Data
Sekunder
Data Sekunder ialah sumber data
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui
literatur dan studi pustaka.
Sehingga penelitian ini saya
mengambil sumber data berupa sekunder karena peneliti mendapatkan datanya
secara tidak langsung.
3.3 Teknik Pengumpulan
Data
Untuk menentukan data yang digunakan,
maka dibutuhkan Teknik pengumpulan data agar bukti atau fakta yang diperoleh
berfungsi sebagai data objektif dan tidak terjadi penyimpangan dari data yang
sebenarnya.
Pengumpulan data merupakan bagian dari
proses pengujian data yang berkaitan dengan sumber dan cara untuk memperoleh
data penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut :
3.3.1 Studi Kepustakaan
Penelitian kepustakaan ini diperoleh
dari buku-buku, referensi-referensi, dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
topik penelitian.
3.3.2
Penelitian Lapangan
Penelitian
lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan
informasi yang diperoleh langsung dari responden yaitu industri rumahan Inoey
Hoestry. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
A.
Wawancara
Wawancara metode
untuk mengumpulkan sebuah data dengan cara tanya jawab yang langsung kepada
pihak intern yaitu pemilik Inoey Homestry.
B.
Observasi
Yaitu pengamatan
langsung ke objek lokasi untuk melakukan pengamatan secara langsung proses
produksi didalam perusahaan.
C.
Dokumentasi
Metode
pengumpulan data dengan cara mencatat dan menyimpan data telah diberikan oleh
intern perusahaan yang telah dibutuhkan didalam penelitian.
3.4 Teknik Analisis
Teknik
analisis yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode full costing, metode tersebut digunakan oleh penulis dikarenakan
dalam metode ini semua unsur biaya yang digunakan dalam proses manufaktur akan
dimasukan, sehingga jika terjadi ketidaktepatan dalam penentuan harga pokok,
maka selisih tersebut akan segera dapat
diketahui. Dan juga sejalan dengan judul yang telah disampaikan oleh penulis
pada bagian bab sebelumnya. Adapun rumusnya sebagai berikut :
3.4.1
Identifikasi Biaya-Biaya Produksi
A.
Mengetahui
Besarnya Biaya Bahan Baku
Pesediaan
bahan baku awal xxx
Pembelian
bahan baku xxx
Ongkos
angkut pembelian xxx+
xxx
Potongan
pembelian xxx-
Pembelian
Bersih xxx+
Bahan
baku siap digunakan xxx
Persediaan
Bahan baku akhir xxx-
Biaya
bahan baku xxx
B. Mengetahui Besarnya Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja = upah per jam kerja x
jam kerja
C.
Mengetahui
Besarnya Biaya Overhead Pabrik
Bahan
penolong xxx
Biaya
tenaga kerja xxx
Biaya
listrik xxx
Biaya
asuransi xxx
Biaya
depresiasi xxx
Biaya
lain-lain xxx+
Biaya overhead
pabrik xxx
D.
Mengetahui
Besarnya Biaya Produksi
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja xxx
Biaya Overhead Pabrik
Variabel xxx
Biaya Overhead Pabrik
Tetap xxx+
Biaya
Produksi xxx
E.
Penentuan
Harga Pokok
Produksi
Harga pokok produksi pendekatan full costing
terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut :
Persediaan produk awal
proses xxx
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja
Langsung xxx
Biaya Overhead Pabrik xxx+
Total Biaya
Produksi xxx+
xxx
Persediaan Produk dalam
proses akhir (xxx)-
Harga
Pokok Produksi
xxx
F. Perbedaan
Metode Full Costing dan Variable Costing
Tabel 3.1
Perbedaan Full Costing dan Variable Costing
Biaya
|
Full
Costing
|
Variable Costing
|
BBB
|
xxx
|
xxx
|
BTKL
|
xxx
|
xxx
|
BOP
Variable
|
xxx
|
xxx
|
BOP Tetap
|
xxx
|
-
|
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengumpulan Data
4.1.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
A.
Struktur
Usaha
Untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan dalam usaha, diperlukan struktur usaha yang berisi tanggung jawab pekerjaan yang
harus dilaksanakan agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan baik
dan efisien, sehingga tujuan dapat tercapai.
Pengertian usaha adalah suatu
kegiatan individu untuk melakukan sesuatu yang terorganisasi untuk menghasilkan
dan menjual barang dan jasa guna untuk mendapatkan keuntungan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat (Hughes dan
Kapoor:2003:89).
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran
dalam pelaksanaan tugas pada suatu usaha atau bisnis, diperlukan suatu struktur
usaha, karena struktur usaha menghindari kesimpangsiuran tugas atau wewenang
serta tanggung jawab yang ada bagi masing-masing individu dalam suatu usaha
atau bisnis. Struktur usaha menunjukan kerangka dan susunan perwujudan pola
tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi bagian-bagian atau posisi,
maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda-beda dalam suatu usaha.
Adapun struktur usaha industri rumahan Inoey Homestry
sebagai berikut :
Struktur usaha diatas menggambarkan
arus lalu lintas tugas serta tanggung jawab yang ada dalam masing-masing
anggota sebagai berikut:
a.
Pemilik
-
Mengevakuasi hasil
usaha dari m.keuangan.
-
Mengevaluasi laporan
menyeluruh.
-
Mengevaluasi jumlah
pelanggan.
-
Memberi saran dan
kebijakan kepada para karyawan
b.
Administrasi
-
Mengevaluasi income dan
expense harian
-
Memberikan wewenang
otoritas laporan harian kas
-
Memberikan wewenang
otoritas laporan keuangan
c.
Karyawan
-
Membuat dan mengolah
cilok
B.
Proses
Produksi
Proses produksi
merupakan kegiatan usaha dalam mengolah bahan baku menjadi barang jadi dengan
bantuan komponen-komponen utama kegiatan produksi seperti, bahan baku, bahan
penolong, tenaga kerja langsung, overhead
pabrik.
Adapun langkah-langkah dalam proses
produksi, yaitu tahap pembuatan resep, tahap pencampuran adonan, tahap pembentukkan, dan tahap perebusan. Berikut adalah
penjelasan dalam setiap tahapan proses:
·
Pembuatan Resep
Dalam
pembuatan resep takaran-takaran bahan harus sangat di perhatikan, karena selain
menentukan rasa, resep adonan tersebut merupakan ciri khas dari suatu
perusahaan dalam membedakan dengan perusahaan lain. Biasanya resep sebuah
perusahaan merupakan sebuah rahasia perusahaan.
·
Pencampuran Adonan
Dari
setiap takaran resep yang sudah ditentukan, setiap bahan dicampur menjadi
sebuah adonan yang siap di bentuk dan direbus. Pencampuran adonan harus
dilakukan sesuai waktu yang ditentukan agar adonan tersebut berada dalam
kualitas yang baik dan mudah dibentuk.
·
Pembetukkan
Dalam
tahapan pembetukkan adonan cilok setiap produk di bentuk menjadi satu ukuran.
Penentuan ukuran disesuaikan dengan daya tampung dan mesin pemotong, agar tidak
terjadi kerusakan dalam produksi.
·
Perebusan
Dalam
tahap ini, produk yang telah dibentuk dimasukan kedalam panci yang berisi air
mendidih agar cilok tersebut matang dan siap dikemas.
C.
Tenaga
Kerja
Inoey Homestry
ini mempunyai 6
karyawan. Dimana pemilik usaha tersebut juga terjun langsung dalam
menangani usaha tersebut.
Setiap karyawan mendapatkan gaji
sebesar Rp 300.000
perbulan maka gaji untuk 6 karyawan Rp 300.000 x 6 = Rp 1.800.000. Dengan waktu jam
kerja 3 jam perhari. Perhitungan gaji
karyawan tersebut sesuai dengan standar
Depnaker dimana gaji masih dibawah UMR.
4.1.2 Data Hasil
Penelitian
A.
Data
Menurut Perusahaan
Dalam
satu bulan Inoey Homestry mampu memproduksi cilok sebanyak 18.000 butir. Adapun data harga pokok produksi terhadap produk yang dilakukan oleh Inoey
Homestry adalah sebagai berikut.
Tabel
4.1
Data
Pokok Produksi Inoey Homestry
Bulan
November 2018
No
|
Bahan
Baku
|
Kuantitas
|
Harga/
satuan
(
Rp )
|
Total
Biaya
(
Rp )
|
1.
|
Tepung terigu
|
3 karung
@1 karung = 25
kg
|
110.000
|
360.000
|
2.
|
Sagu
|
3 karung
@1 karung = 25
kg
|
250.000
|
750.000
|
3.
|
Daun bawang
|
10
kg
|
15.000
|
150.000
|
4.
|
Bawang putih
|
10 kg
|
25.000
|
250.000
|
5.
|
Lada
|
4 pack
|
60.000
|
240.000
|
6.
|
Royco
|
1 dus
|
225.000
|
225.000
|
7.
|
Sosis
|
20 pack
|
13.000
|
260.000
|
8.
|
Bakso
|
40 pack
|
5.000
|
200.000
|
9.
|
Sasa
|
2 kg
|
34.000
|
68.000
|
10.
|
Garam
|
1 karton
|
50.000
|
50.000
|
11.
|
Gas
|
6 tabung
|
16.000
|
96.000
|
Sumber : Inoey Homestry
Tabel 4.2
Biaya Bahan Baku
Bulan November 2018
NO
|
Bahan
Baku
|
Kuantitas
|
Harga/
satuan
(
Rp )
|
Total
Biaya
(
Rp )
|
1.
|
Tepung terigu
|
3 karung
@1 karung = 25
kg
|
110.000
|
360.000
|
2.
|
Sagu
|
3 karung
@1 karung = 25
kg
|
250.000
|
750.000
|
Jumlah
|
1.110.000
|
Sumber : Inoey Homestry
Dari data diatas
diketahui Inoey Homestry mengabiskan tiga karung tepung terigu dengan rincian
biaya 3 x Rp. 110.000 = Rp. 360.000 dan tiga karung sagu dengan rincian biaya 3
x Rp. 250.000 = Rp. 750.000 dengan total biaya bahan baku per bulannya adalah Rp.
1.110.000.
Tabel 4.3
Biaya Tenaga Kerja
Bulan November 2018
No.
|
Jumlah Karyawan
|
Upah 1 Bulan
(Rp)
|
Total
Biaya
(Rp)
|
1
|
6
|
300.000
|
1.800.000
|
Sumber : Inoey Homestry
Inoey Homestry memiliki 6 karyawan yang berhubungan
langsung dengan produksi. Perhitungan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan
harian dengan durasi kerja 4 jam/hari. Hal ini berdasarkan wawancara langsung
dengan pemilik Inoey Homestry dengan rincian gaji atau upah setiap karyawan
sebesar Rp. 10.000/hari. Sehingga total biaya tenaga kerja dalam 1 bulan
sebesar Rp. 300.000/orang. Karena ada 6 karyawan sehingga menjadi Rp. 1.800.000
Tabel 4.4
Biaya Bahan Penolong
Bulan November 2018
No
|
Bahan
Penolong
|
Kuantitas
|
Harga/
satuan
(
Rp )
|
Total
Biaya
(
Rp )
|
1
|
Daun bawang
|
10
kg
|
15.000
|
150.000
|
2
|
Bawang putih
|
10 kg
|
25.000
|
250.000
|
3
|
Lada
|
4 pack
|
60.000
|
240.000
|
4
|
Royco
|
1 dus
|
225.000
|
225.000
|
5
|
Sosis
|
20 pack
|
13.000
|
260.000
|
6
|
Bakso
|
40 pack
|
5.000
|
200.000
|
7
|
Sasa
|
2 kg
|
34.000
|
68.000
|
8
|
Garam
|
1 karton
|
50.000
|
50.000
|
9
|
Gas
|
6 tabung
|
16.000
|
96.000
|
Jumlah
|
1.539.000
|
Sumber : Inoey Homestry
Inoey Homestry memperhitungkan biaya bahan penolong seperti
biaya yang sudah diajabarkan diatas selama bulan November 2018 dengan total
biaya sebesar Rp. 1.539.000
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi
A. Perhitungan Harga Pokok Produksi
Menurut Perusahaan
Inoey Homestry dalam menghitung harga
pokok produksi dengan membagi jumlah yang dihasilkan. Penentuan harga pokok
produksi yang dilakukan oleh Inoey Homestry masih sangat sederhana. Biaya-biaya
yang diakui pada perhitungan harga pokok produksi adalah biaya bahan baku,
biaya trenaga kerja, dan biaya penolong. Inoey Homestry tidak menghitung biaya overhead pabrik secara lengkap, seperti
biaya pemeliharaan mesin dan peralatan, biaya listrik dan air tidak diakui oleh
perusahaan ketika menghitung harga pokok produksi.
Berdasarkan biaya-biaya yang telah
ditentukan diatas, maka dapat dihitung harga pokok produksi menurut perusahaan dengan menggunakan dalam 1
bulan sebanyak 18.000 butir cilok. Perhitungan tersebut sebagai berikut :
Tabel 4.5
Perhitungan Harga Pokok
Produksi Menurut Perusahaan
Bulan November 2018
Jenis
Biaya
|
Total Biaya
(Rp)
|
Biaya Bahan Baku
|
1.110.000
|
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
1.800.000
|
Biaya Overhead Pabrik
Daung Bawang
Bawang putih
Lada
Royco
Sosis
Bakso
Sasa
Garam
Gas
|
150.000
250.000
240.000
225.000
260.000
200.000
68.000
50.000
96.000
|
Jumlah Biaya Overhead Pabrik
|
1.539.000
|
Jumlah Harga Pokok Produksi
|
4.449.000
|
Jumlah Produksi yang Dihasilkan
|
18.000 butir
|
Harga Pokok Produksi per Butir
|
247
|
Sumber : Inoey Homestry
Berdasarkan tabel 4.5 harga pokok
produksi menggunakan metode perusahaan pada industri rumahan Inoey Homestry
yaitu sebesar Rp. 247
B. Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing
Metode full costing adalah metode harga pokok
produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tetap
maupun variabel kepada produk (Mulyadi,
2012 : 122).
Metode full
costing digunakan karena metode full
costing sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga
dapat menjamin keakuratan informasi yang tersaji dalam laporan harga pokok
produksi. Metode full costing
bersifat jangka panjang dan informasi perhitungan harga pokok produksi lebih
banyak digunakan untuk kepentingan luar perusahaan.
Biaya-biaya yang diakui dalam
perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing :
a.
Biaya bahan baku dengan total biaya bahan baku yang dikeluarkan
perusahaan selama bulan November yaitu Rp. 1.110.000
b.
Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan perusahaan sebesar
Rp.1.800.000
c.
Biaya overhead pabrik yang
dihitung menggunakan metode full costing
dibagi menjadi biaya overhead pabrik variable terdiri dari biaya bahan
penolong Rp. 1.539.000, dan biaya listrik Rp. 200.000. Sedangkan biaya overhead pabrik yang berisfat tetap
terdiri dari biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp. 20.000 dan jumlah depresiasi
mesin dan peralatan Rp. 98.611, dengan rincian biaya overhead pabrik variable
seperti pada tabel 4.6 dibawah ini :
Tabel 4.6
Biaya Overhead Pabrik
Bulan November 2018
No
|
Biaya Overhead
Pabrik
|
Jumlah Biaya Overhead Pabrik (Rp)
|
1
|
Daun bawang
|
150.000
|
2
|
Bawang putih
|
250.000
|
3
|
Lada
|
240.000
|
4
|
Royco
|
225.000
|
5
|
Sosis
|
260.000
|
6
|
Bakso
|
200.000
|
7
|
Sasa
|
68.000
|
8
|
Garam
|
50.000
|
9
|
Gas
|
96.000
|
10
|
Biaya Listrik
|
200.000
|
Jumlah
|
1.739.000
|
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan
tabel 4.6 diatas dapat diketahui biaya overhead
pabrik variable pada bulan November 2018 yang dibutuhkan pada saat proses
produksi sebesar Rp. 1.739.000
Tabel 4.7
Perhitungan Biaya Depresiasi Mesin, dan Peralatan
Bulan November 2018
Jenis
Aktiva
|
Jml.
Aktiva
|
Harga
/ unit
|
Total
Harga Perolehan (Rp)
|
Umur
ekonomis
(Tahun)
|
Biaya Depresiasi/ Tahun
(Rp)
|
Mesin Pengaduk
|
1
|
2.200.00
|
2.200.000
|
5
|
440.000
|
Blender
|
1
|
250.000
|
250.000
|
3
|
83.333
|
Freezer
|
1
|
3.000.000
|
3.000.000
|
5
|
600.000
|
Kompor
|
1
|
300.000
|
300.000
|
5
|
60.000
|
Jumlah Biaya Depresiasi dalam 1 Tahun
|
1.183.333
|
||||
Jumlah Biaya Depresiasi dalam 1 Bulan
|
98.611
|
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa
beban depresiasi mesin dan peralatan selama satu bulam sebesar Rp. 98.611.
Jadi, dari perhitungan tersebut maka jumlah keseluruhan biaya overhead pabrik tetap yaitu Rp. 20.000 +
Rp. 98.611 = Rp. 118.611
Perhitungan
harga pokok produksi pada penelitian ini menggunakan metode full costing dengan menjumlahkan
unsur-unsur biaya dalam proses produksi. Berdasarkan biaya-biaya tersebut
perhtiungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.8
Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing
Bulan November 2018
Jenis
Biaya
|
Total
Biaya (Rp)
|
Biaya Bahan Baku
|
1.110.000
|
Biaya tenaga Kerja Langsung
|
1.800.000
|
Biaya Overhead Pabrik
Variabel
Daung Bawang
Bawang putih
Lada
Royco
Sosis
Bakso
Sasa
Garam
Gas
Biaya Listrik dan Air
|
150.000
250.000
240.000
225.000
260.000
200.000
68.000
50.000
96.000
200.000
|
Biaya Overhead Pabrik
Tetap
Mesin Pengaduk
Blender
Freezer
Kompor
Pemeliharaan Mesin
|
36.667
6.945
50.000
5.000
20.000
|
Jumlah Biaya Overhead Pabrik
|
2.057.612
|
Total Biaya Produksi
|
4.967.612
|
Jumlah Produk yang Dihasilkan
|
18.000 butir
|
Harga Pokok Produksi per Butir
|
275
|
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.8 diatas
menunjukkan bahwa harga pokok produksi yang dihasilkan dengan menggunakan
metosw full costing pada industri
rumahan Inoey Homestry adalah sebesar Rp. 2755
C. Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Metode Variable Costing
Metode variable costing adalah metode penentuan
harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja
ke dalam harga pokok produk. (Mulyadi,
2010:122).
Biaya-biaya
yang diakui dalam perhitungan harga pokok produksi menggunakan variable costing :
a.
Biaya bahan baku
dengan total biaya bahan baku yang dikeluarkan perusahaan selama bulan November
2018 yaitu Rp. 1.110.000
b.
Biaya tenaga
kerja angsung yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.800.000
c.
Biaya overhead
pabrik yang dihitung menggunakan metode variable
costing yaitu biaya penolong Rp. 1.539.000, biaya listrik dan air Rp. 200.000, dan biaya gas Rp.
96.000
Berdasarkan biaya-biaya tersebut perhitungan harga
pokok produksi menggunakan metode variable
costing dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9
Perhitungan
Harga Pokok Produksi Dengan Metode Variable
Costing
Bulan
November 2018
Jenis Biaya
|
Total Biaya (Rp)
|
Biaya Bahan Baku
|
1.110.000
|
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
1.800.000
|
Biaya Overhead Pabrik
Variabel
Daung Bawang
Bawang putih
Lada
Royco
Sosis
Bakso
Sasa
Garam
Gas
Biaya Listrik dan Air
|
150.000
250.000
240.000
225.000
260.000
200.000
68.000
50.000
96.000
200.000
|
Jumlah Biaya Overhead
Pabrik
|
1.739.000
|
Total Biaya Produksi
|
4.649.000
|
Jumlah Produk yang Dihasilkan
|
18.000 butir
|
Harga Pokok Produksi per Butir
|
258,2
|
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.9 diatas menjukkan bahwa harga
pokok produksi yang dihasilakan dengan menggunakan metode variable costing pada Inoey Homestry sebesar Rp. 258,2
4.2.2 Hasil Analisis Perhitungan Harga Pokok
Produksi
Perhitungan harga pokok produksi dan harga jual pada
pembahasan sebelumnya dapat dijadikan dasar untuk melakukan analisis
perbandingan antara metode perusahaan dengan metode full costing dan variable
costing. Perbandingan dari kedua metode tersebut dapat dilihat pada tabel
4.10 berikut ini :
Tabel 4.10
Perbandingan Harga pokok produksi antara Metode Perusahaan
dengan Metode Full Costing dan
Variable Costing
Bulan November 2018
Keterangan
|
Metode Perusahaan (Rp)
|
Metode Full Costing (Rp)
|
Metode Variable Costing (Rp)
|
Biaya Bahan Baku
|
1.110.000
|
1.110.000
|
1.110.000
|
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
1.800.000
|
1.800.000
|
1.800.000
|
Biaya Overhead
Pabrik
|
1.539.000
|
1.857.612
|
1.739.000
|
Total Biaya Produksi
|
4.449.000
|
4.767.612
|
4.649.000
|
Jumlah Produk yang Dihasilkan
|
18.000 butir
|
18.000 butir
|
18.000 butir
|
Harga Pokok Produksi Cilok Inoey Homestry
|
247
|
264
|
258,2
|
Harga Jual Cilok Inoey Homestry
|
500
|
500
|
500
|
Laba Kotor per Butir
|
253
|
236
|
241,8
|
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan
tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa perhitungan menggunakan metode
perusahaan, metode full costing, dan
metode variable costing terdapat
perbedaan nilai harga pokok produksi cilok. Perhitungan menggunakan metode
perusahaan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan full costing dan metode variable costing. Selisih nilai harga
pokok produksi yaitu sebesar Rp. 17 dan Rp. 11,2. Selisih tersebut terjadi
karena disebabkan perbedaan nilai pada biaya overhead pabrik saat melakukan perhitungan harga pokok produksi.
Nilai biaya
overhead pabrik yang dihasilkan apabila mneggunakan metode perusahaan adalah
sebesar Rp. 1.539.000 sedangkan metode full
costing nilai biaya overhead pabriknya lebih besar yaitu Rp. 1.857.612 dan
metode variable costing biaya overhead pabrik yaitu Rp. Rp. 1.739.000.
Selisih ketiga metode tersebut adalah sebesar Rp. 318.612 dan Rp. 200.000
Dengan demikian
dari hasil perhitungan metode full
costing dan metode variable costing
lebih tinggi dari perhitungan Inoey Homestry sehingga tidak menguntungkan bagi
Inoey Homestry , akan tetapi perhitungan dengan metode full costing dan variable
costing lebih rinci dan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum, sehingga industri rumahan Inoey Homestry sebaiknya menggunakan metode full costing supaya dapat menjamin
keakuratan informasi yang tersaji dalam laporan harga pokok produksi dengan
memasukkan semua unsur biaya yang dikeluarkan, maka harga pokok produksinya
akan lebih tepat dan tentunya harga jual akan lebih tepat pula serta dapat
meningkatkan laba perusahaan.
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini
bertujuan untuk mengtahui bagaimana perusahaan menghitung harga pokok produksi
yang ditentukan perusahaan apabila menggunakan metode full costing dan metode variable costing dan untuk mengetahui
perbandingan nilai harga pokok produksi menurut perusahaan dengan metode full
costing dan metode variable costing. Berdasarkan analisis dari pembahasan
hasil, penulis dapat menarik kesimpulan
1. Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan Inoey Homestry masih
menggunakan metode sederhana, dimana biaya-biaya yang diakui dalam perhitungan
harga pokok produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
pembelian bahan penolong. Total keseluruhan biaya produksi yang dihasilkan dari
jumlah biaya tersebut adalah Rp. 4.449.000 sedangkan harga pokok produksi per
butir cilok sebesar Rp. 247
2. Penelitian ini menggunakan metode full costing agar informasi harga pokok
produksi menjadi lebih akurat. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan
metode full costing mengakui seluruh biaya produksi, biaya tersebut yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Total biaya
produksi yang dihasilkan menggunakan metode full costing adalah sebesar Rp. 4.767.612 dan harga
produksi per butir cilok yaitu Rp. 264
3. Berdasarkan perbandingan perhitungan harga pokok produksi menggunakan
metode full costing ddan metode vvariable costing, nilai harga pokok produksi
dihasilkan memiliki perbedaan meskipun hanya sedikit. Perhitungan yang
dihasilkan menggunakan metode perusahaan lebih rendah daripada metode full
costing dan metode variable costing. Selisih harga pokok produksi dari ketiga
metode tersebut yaitu sebesar Rp. 17 dan Rp. 11,2. Hal ini dikarenakan pemilik
usaha tidak mengetahui cara perhitungan harga pokok produksi yang tepat, yaitu
tidak memasukkan biaya-biaya secra tepat ke dalam perhitungan harga pokok
produksinya. Sehingga dengan measukkan seluruh unsur biaya yang dikeluarkan,
maka harga pokok produksinya akan lebih tepat dan tentunya harga jual akan
lebih tepat pula serta dapat meningkatkan laba perusahaan.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas, ada beberapa saran yang dapat
diberikan dalam penlitian ini bagi Inoey Homestry yaitu:
1. Perusahaan sebaiknya membuat laporan keuangan supaya laba tau rugi yang
diperoleh dapat diketahui secara pasti, dapat mempermudah perusahaan membuat
perencanaan dan pengambilan keputusan kedepannya.
2. Perusahaan sebaiknya membuat catatan mengenai bahan dan biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dan biaya-biaya tersebut digolongkan
berdasarkan fungsi pokok dari aktivvitas perusahaan untuk mempermudah
perhitungan harga pokok produksi.
3. Metode harga pokok produksi yang seharusnya digunakan pada perusahaan
yaitu metode full costing kerena metode ini merinci seluruh biaya yang
dikeluarkan pada saat kegiatan produksi, sehingga informasi yang dihasilkan
lebih akurat dan membantu perusahaan dalam menetapkan harga jual produk serta
memaksimalkan laba yang diperoleh.
4. Bagi Peneliti Lainnya dengan adanya
beberapa keterbatasan penelitian ini, kepada peneliti lain diharapkan untuk
mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil wilayah yang lebih
luas, objek yang bebeda, sampel yang lebih banyak dan menggunakan
rancangan penelitian yang lebih
kompleks. Sehingga dapat ditemukan
hasil yang lebih optimal dan bisa digeneralisasikan pada wilayah yang lebih
luas.
DAFTAR
PUSTAKA
Bustami, B. dan Nurlela. 2010. “Akuntansi
Biaya”. Edisi Kedua. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Carter William.
K. 2009. Akuntansi Biaya Cost Accounting.Salemba Empat. Jakarta.
Hanggana, Sri.
2006. Prinsip Dasar Akuntansi Biaya. Surakarta
: Mediatama.
Horngern,
Charles T., Datar, Srikant M., Foster, George. 2006. Akuntansi Biaya.
Edisi 12.Erlangga. Jakarta.
Krismiaji, Y
Anni Aryani. 2011. Akuntansi Manajemen. Edisi 2. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
Mulyadi. 2010.
Akuntansi Biaya. Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN.Yogyakarta.
Mulyadi. 2012.
Akuntansi Biaya. Edisi 5.
UPP-STIM YKPN, Yogyakarta.
Mulyadi. 2014.
Akuntansi Biaya. Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN.Yogyakarta.
Pradana
Setiadi.
2014. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam
Penentuan Harga Jual Pada CV. Minahasa Mantap Perkasa. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Vol. 14 no. 2.
Prawironegoro, D. & Purwanti, A.
(2009). Akuntansi Manajemen, edisiketiga, Penerbit : Mitra Wacana Media.
Jakarta.
Satori, Djam’an & Komariah, Aan.
2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta.
Supriono.
2011. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan
Harga Pokok.Edisi kedua.Cetakan kelimabelas.
Dicetak & diterbitkan BPFE.
Yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment